Sebuah studi baru dalam jurnal Science mengindikasikan, virus flu burung tidak mudah menular kepada manusia. Temuan ini bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyatakan virus H7N9 berpotensi menyebabkan pandemi global.
Virus H7N9 menewaskan sejumlah orang di China awal tahun ini. Menurut keterangan dari para peneliti di Scripps Research Institute di La Jolla, California, analisis dari sampel virus menunjukkan bahwa H7N9 masih lebih utama menyerang unggas, bukan manusia.
"Beruntung, virus H7N9 kelihatan belum beradaptasi untuk menjadikan manusia sebagai inangnya," ujar Ian Wilson, profesor biologi struktural dan Kepala Departemen Struktural Integratif dan Biologi Komputasi.
Kepala Departemen Sel dan Biologi Molekular James Paulson mengatakan, publikasi sebelumnya menunjukkan bahwa virus H7N9 telah beradaptasi untuk menjadikan manusia sebagai inang. Padahal temuan ini menunjukkan hal yang sebaliknya.
"Kami harus membuat pernyataan yang jelas tentang ini," tegasnya.
H7N9 merupakan virus yang menjangkiti unggas dengan sedikit atau bahkan tanpa gejala. Hingga memasuki awal tahun ini, strain H7N9 belum dilaporkan ada pada manusia. Namun, pada bulan Februari, sejumlah orang di area perkotaan di China timur dilaporkan tertular virus tersebut dan menderita sakit parah.
Pada Mei, lonjakan besar penularan terjadi pada 132 manusia, 37 di antaranya mengalami kematian. Angka kematiannya hampir mendekati 30 persen dari total kejadian.
Pakar kesehatan masyarakat memperingatkan serangan virus tersebut yang mungkin bisa menjadi pandemi global di tahun-tahun mendatang.
"Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui lebih lanjut tentang potensi H7N9 untuk menulari manusia di masa depan," ujar Wilson.