Siapa yang tidak takut melihat anak melukai diri sendiri? Misalnya menjambak rambutnya sendiri, mencakar pipi, atau memukul mukul tangan ke anggota badan mereka? Apakah hal ini wajar?
Menurut Deborah Serani, PsyD dalam bukunya “Depression and Your Child: A Guide for Parents and Caregivers, sekitar 15% anak-anak dan remaja melukai diri sendiri (self-harm).
Self-harm adalah perilaku melukai diri sendiri dengan sengaja tanpa adanya maksud bunuh diri.
Literatur menunjukkan bahwa perilaku menyakiti diri sendiri adalah karena ketidakseimbangan neurokimia dan menghasilkan pelepasan endorfin dalam tubuh yang dapat menyebabkan respons seperti euforia.
Namun Serani menambahkan bahwa perilaku ini bisa menyebabkan kematian jika luka yang ditimbulkan sangat serius. Seperti, menggunakan benda tajam untuk melukai diri sendiri atau membenturkan bagian tubuh tertentu.
Ia menjelaskan terjadinya self-harm karena beberapa hal, diantaranya:
Bagaimana Mengatasinya?
Tindakan berbahaya seperti melukai diri sendiri ini tentu harus dihentikan. Orangtua bisa mengatasi perilaku ini dengan beberapa cara, yaitu:
1. Buat Lingkungan Bermain Yang Aman
Tempatkan anak di lingkungan yang aman saat bermain atau melakukan aktivitas lain. Jauhkan mereka dari benda-benda tajam. Parents bisa memasang karpet lembut di area bermainnya. Jauhkan juga anak dari tembok. Hal ini menghindarkan mereka dari upaya membenturkan kepala ke tembok.
Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan menyediakan satu box benda kesukaannya. Saat anak mengalami tantrum. Alihkan perhatiannya. Salurkan idenya untuk bermain benda-benda kesukaannya.
Misalnya, alat musik, foto teman dan keluarga atau benda apapun yang bisa mengalihkan perhatiannya. Cara ini membuatnya tenang kembali dan melupakan keinginannya menyakiti diri sendiri.
2. Ajak Anak Bercerita
Saat melihat anak ingin menyakiti diri sendiri, alihkan perhatian anak dengan cerita. Ceritakan hal-hal yang pernah Parents dan anak alami. Ingatkan anak tentang hal tersebut. Misalnya, kenangan saat bermain bola di pantai atau melihat gajah di kebun binatang.
Ceritakan kembali tempat yang pernah Parents kunjungi bersama anak dengan detail dan jelas. Tujuannya agar kecemasan dan emosi yang dirasakan oleh anak bisa mereda.
3. Peluk Anak
Bantuan fisik seperti memeluk akan menenangkan anak. Peluklah anak dan hindarkan anak dari upaya memukul dirinya sendiri.
Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan dan perasaan yang aman dan penuh kasih pada anak. Pelukan juga akan melunakkan hati anak serta mengurangi frustrasi yang ia dirasakan.
4. Temukan Alasannya
Perilaku self-harm pasti memiliki suatu alasan. Pastikan untuk menemukan alasan dibalik self harm pada anak. Bantu anak memahami tentang situasi yang memicu stres atau perasaan negatif mereka.
Berani mencontohkan, jika pemicunya adalah karena jadwal ujian sekolah yang semakin dekat atau janji bertemu dengan dokter gigi –sedangkan anak tak pernah nyaman dengan dokter gigi. Katakan pada anak bahwa Parents memahami kecemasan dan ketakutannya. Namun ajarkan anak untuk mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang lebih sehat tanpa melukai diri sendiri.
Contoh, jika anak merasa cemas karena ada jadwal ulangan, ajak ia untuk melakukan hal lain yang bisa membuatnya lebih santai dan melepaskan stressnya
5. Salurkan Kecemasan Anak
Serani menambahkan jika dorongan self-harm pada anak masih nampak, salurkan kecemasan anak dengan hal-hal yang lebih aman. Misalnya, merobek-robek kertas atau memukul bantal.
Parents juga bisa menyalurkan kecemasan anak dengan mengajaknya menari, berlari-lari, bahkan bermain kejar-kejaran dengan hewan peliharaan. Aktivitas fisik juga membantu anak untuk meluapkan kecemasan dan emosinya.
Tentunya Parents bisa menyalurkan kecemasan anak dengan hal-hal lain yang lebih aman. Maka penting bagi setiap orangtua untuk mengetahui apa penyebab stress anak dan apa yang bisa membuatnya lebih rileks.
Self-harm atau perilaku melukai diri sendiri dianggap oleh para ahli sebagai perilaku yang cukup wajar pada anak. Namun, perilaku ini bisa menjadi tidak wajar dan butuh perhatian khusus apabila mencapai batas usia tertentu.
Berapa Sih Batas Usia Normal Anak Melukai Diri Sendiri?
Survei menyebut usia umum anak menyakiti diri sendiri berkisar antara umur 16 bulan sampai 2 tahun. Sering kali, seorang anak di usia tersebut frustrasi dengan kosakata yang terbatas untuk mengekspresikan dirinya. Saat anak berusia 3 tahun, rata-rata anak sudah meninggalkan perilaku ini.
Segera konsultasikan dengan dokter jika anak memiliki kecenderungan melakukan self-harm saat mencapai usia di atas 3 tahun. Sebaiknya juga kumpulkan data tentang perilaku anak sebelum konsultasi dengan dokter.
Misalnya, catat penyebab terjadinya self-harm, berapa lama anak melukai diri sendiri, dan hal apa saja yang anak lakukan saat melukai diri sendiri. Catatan ini akan mempermudah dokter untuk mendiagnosis penyebab self-harm pada anak. Diagnosis sedini mungkin dapat membantu anak mengatasi masalah yang dihadapinya.
Peran orangtua sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pola asuh serta perhatian kepada anak bisa menghindarkan anak dari perilaku menyakiti diri sendiri.
Pernah punya pengalaman self-harm pada anak? Kapan perilaku tersebut muncul? Bagaimana Parents menghadapinya? Yuk, pengalaman Parents bersama kami!
Berita Terkait :
Tidak Ada Komentar |
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
081111113622 (SPGDT) |