JUDUL INOVASI : INSTALASI MANAJEMEN NYERI (BOGOR PAIN CENTER)
TANGGAL INISIATIF : 21 DESEMBER 2019
KATEGORI : KESEHATAN RINGKASAN :
Bogor Pain Center adalah sebuah Instalasi Manajemen Nyeri pertama di rumah sakit di Indonesia yang didirikan pada tanggal 19 Januari 2021, dalam bentuk layanan pertama kali yaitu Klinik Nyeri yang diinisiasi pada tanggal 21 Desember 2019. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan penanganan nyeri yang komprehensif menjadi sesuatu yang sangat penting ketika pasien membutuhkan penanganan tersebut terutama pada mereka yang mengalami gangguan nyeri.
Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien di rumah sakit yang dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis bagi pasien dan bahkan dapat berdampak sosial. Dengan semakin bertambahnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia, meningkatnya penyakit degeneratif dan trauma serta masih tingginya prevalensi kanker di Indonesia maka jumlah pasien dengan nyeri yang ada di rumah sakit semakin meningkat.
Nyeri juga merupakan tanda vital ke-5 yang harus diperhatikan, hal ini terjadi karena peran sebutan tanda yang vital yang benar-benar “penting” tersemat pada tanda nyeri ini, sehingga hal ini memerlukan perhatian yang lebih besar dari seluruh pihak terkait dengan keluhan nyeri ini.
Namun sayangnya manajerial pelayanan nyeri di Indonesia sampai saat ini masih belum optimal baik efisiensi dan efektifitas pelayanannya. “Tim Nyeri” yang telah dikembangkan dengan sistem akreditasi rumah sakit melalui KARS, ternyata tidak cukup mampu melaksanakan tugas dengan baik, sehingga konsep pembentukan Instalasi Manajemen Nyeri (Bogor Pain Center) ini merupakan sebuah jawaban yang tepat, bahwa penanganan nyeri tidak semudah menurunkan skala nyeri saja namun butuh konsep penanganan yang baik, standar dan multidisplin.
Penanganan nyeri yang baik, standar dan multidisplin akan meningkatkan kualitas hidup pasien dan para penderita nyeri, disamping hal tersebut yaitu terciptanya efisiensi anggaran dalam menajerial layanan dalam penanganan nyeri ini.
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien di rumah sakit yang dapat menyebabkan konsekuensi fisiologis dan psikologis bagi pasien dan bahkan dapat berdampak sosial. Dengan semakin bertambahnya umur harapan hidup masyarakat Indonesia, meningkatnya penyakit degeneratif dan trauma serta masih tingginya prevalensi kanker di Indonesia maka jumlah pasien dengan nyeri yang ada di rumah sakit akan semakin meningkat.
Penanganan nyeri yang tidak adekuat di rumah sakit akan menyebabkan dampak yang sangat merugikan, bukan hanya bagi pasien karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas namun juga bagi rumah sakit dari segi pengeluaran pembiayaan yang digunakan untuk mengatasi komplikasi akibat penanganan nyeri yang tidak adekuat dan menurunkan kualitas layanan rumah sakit dan menurunkan tingkat kepuasan pasien pada pelayanan rumah sakit.
Dalam Deklarasi Montreal tahun 2010, pada pertemuan International Pain Summit yang diprakarsai oleh International Association Study of Pain (IASP) ditanda tangani oleh anggota dari 130 negara dan 64 negara Chapter IASP dinyatakan dengan jelas untuk menjadikan pelayanan nyeri sebagai suatu hak asasi manusia yang memerlukan perhatian utama dan untuk itu maka semua pengambil kebijakan dalam bidang kesehatan dan pemerintahan serta tenaga kesehatan berkewajiban untuk mengambil peran sesuai kewenangannya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan penanganan nyeri.
Nyeri saat ini menjadi perhatian utama dalam pelayanan di rumah sakit karena penilaian dan tata laksana nyeri merupakan bagian dari hak pasien dalam pelayanan rumah sakit sesuai dengan persyaratan akreditasi rumah sakit.
Pada Sistem Akreditasi Rumah Sakit oleh Komite Akreditasi Rumah Sakit disebutkan pentingnya penilaian dan penanganan nyeri bagi pasien di rumah sakit sebagaimana yang tertuang dalam standar hak pasien dan keluarga (HPK), standar asesmen pasien (AP), standar pelayanan pasien (PP) dan Standar Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) sehingga rumah sakit dan pelayanan kesehatan berkewajiban untuk memberikan penanganan nyeri. Selain itu pada standar akreditasi oleh Joint Commision (JCI) edisi 5 tahun 2014 jelas terdapat di dalamnya tentang perlunya penilaian dan penanganan nyeri di rumah sakit. Untuk itu maka rumah sakit menjadikan penilaian nyeri sebagai salah satu tanda vital dalam penilaian pasien yang tercantum dalam rekaman medis dan membentuk sistem penanganan nyeri dalam rumah sakit.
Penanganan nyeri selama ini berjalan pada masing-masing unit pelayanan dan disiplin ilmu dalam pelayanan rumah sakit sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh para tenaga kesehatan namun dengan berkembangnya pengetahuan dan ilmu kedokteran maka penanganan nyeri yang optimal membutuhkan penanganan yang lebih kompleks dan multi-disiplin terutama pada penanganan nyeri kronik dan kanker. Dan untuk itu diperlukan sistem pelayanan penanganan nyeri yang terintegrasi, terkoordinasi dan holistik untuk memberikan hasil yang optimal, efisiensi pembiayaan pelayanan dan berorientasi pada keselamatan pasien.
Perkembangan pengetahuan dan keterampilan dalam penanganan nyeri telah memberikan dorongan bagi para tenaga kesehatan untuk meningkatkan kompetensinya. Beberapa profesi dokter spesialis telah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pengembangan kompetensi berkelanjutan untuk memenuhi tuntutan pelayanan penanganan nyeri yang semakin meningkat disertai juga dengan semakin meningkatnya ketersediaan modalitas analgesia serta teknik analgesia yang bisa dimanfaatkan untuk pelayanan nyeri yang optimal. Semua ini membutuhkan kebijakan pemanfaatan sumber daya manusia terutama tenaga kesehatan perawat, dokter dan dokter spesialis, penyediaan sarana dan prasarana di rumah sakit dalam mencapai penanganan nyeri yang optimal, efisien dan bermutu.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan penanganan nyeri di rumah sakit maka para pengambil kebijakan dan tenaga kesehatan perlu memahami konsep dasar tentang nyeri dan tata laksananya sesuai dengan pengetahuan kedokteran berbasis ilmiah dan bukti. Untuk itu perlu disusun Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata laksana Nyeri Terpadu yang dapat menjadi acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam penanganan nyeri agar terwujud pelayanan penanganan nyeri yang optimal dan bermutu.
B. Permasalahan
1. Nyeri merupakan keluhan yang paling banyak dialami oleh pasien di rumah sakit yang dapat menyebabkan munculnya konsekuensi fisiologis dan psikologis bagi pasien dan bahkan dapat berdampak sosial.
2. Di Indonesia, semakin bertambahnya umur harapan hidup, meningkatnya penyakit degeneratif dan trauma serta masih tingginya prevalensi kanker, maka jumlah pasien dengan nyeri yang ada di rumah sakit akan semakin meningkat.
3. Penilaian dan tata laksana nyeri merupakan bagian dari hak pasien dalam pelayanan rumah sakit sesuai dengan persyaratan akreditasi rumah sakit.
4. Penanganan nyeri selama ini hanya berjalan pada masing-masing unit pelayanan dan disiplin ilmu dalam pelayanan rumah sakit sesuai dengan kompetensi yang dimiliki oleh para tenaga kesehatan.
5. Penanganan nyeri yang optimal membutuhkan penanganan yang lebih kompleks dan multidisiplin terutama pada penanganan nyeri kronik dan kanker.
C. Tujuan Inovasi
1. Tujuan Umum
Dengan adanya inovasi layanan ini maka diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup pasien baik secara sosial, ekonomi dan peribadahan. Hal ini disebabkan karena nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan baik secara fisik dan psikis, sehingga menurunkan kualitas hidup seseorang.
Adanya inovasi layanan ini bertujuan menjadi layanan yang secara keseluruhan dari Instalasi Manajemen Nyeri di RSUD Ciawi terwujud suatu pelayanan manajemen nyeri multi disiplin yang bermutu baik yang berdasarkan bukti ilmu kedokteran keperawatan nyeri yang mutakhir dan sahih (evidence based medicine) berorientasi pada keselamatan pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya layanan nyeri yang lengkap di wilayah Regional di Provinsi Jawa Barat pada khususnya
dan di Indonesia secara umumnya.
b. Terselenggaraanya layanan pengembangan ilmu dan teknologi di bidang nyeri baik bagi dokter, perawat , tenaga kesehatan dan keseminatannya di Indonesia.
D. Kesesuaian dengan Permasalahan
Permasalahan yang akan dapat di atasi melalui inovasi di bidang kesehatan ini akan langsung diterima dan dirasakan oleh masyarakat atau pasien dengan gangguan nyeri terutama gangguan nyeri yang sulit diatasi dengan penanganan biasa atau konservatif. Sehingga masyarakat yang membutuhkan layanan penanganan komprehensif dibidang nyeri ini dapat langsung memanfaatkannya dalam bentuk layanan dari Instalasi Mananjemen Nyeri (Bogor Pain Center) yang memberikan layanan nyeri secara lengkap dan terpadu (one stop solution)
E. Kontribusi Inovasi terhadap Capaian Nasional SDGs/TPB
Kontribusi Inovasi layanan ini terhadap SDGs secara umum ada 2 macam yaitu sebagai berikut :
1. Memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua untuk semua usia, dengan target mencapai cakupan layanan kesehatan universal, termasuk lindungan resiko finansial, akses terhadap layanan kesehatan dasar yang berkualitas dan akses terhadap obat-obatan dan vaksin yang aman, efektif, berkualitas dan terjangkau bagi semua. Dengan adanya inovasi layanan ini maka kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua akan dapat dicapai.
2. Mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh, produktif dan pekerjaan yang layak bagi semua dengan target mendorong kebijakan yang berorientasi pembangunan yang mendukung aktivitas aktivitas produktif, penciptaan lapangan kerja, kewirausahaan, kreativitas dan inovasi, dan mendorong pembentukan dan pertumbuhan usaha mikro, kecil dan menengah, termasuk melalui akses terhadap layanan pendanaan/permodalan. Dengan adanya inovasi layanan ini maka tenaga kerja penuh, produktif dan Pekerjaan yang layak bagi semua dapat terwujud, apalagi dengan berkurangnya gangguan nyeri maka nilai produktifitas pasien akan naik kembali.
F. Deskripsi Inovasi
Inovasi layanan dalam bentuk Instalasi Manajemen Nyeri (Bogor Pain Center) ini adalah sebuah Instalasi pertama rumah sakit di Indonesia yang bekerja sesuai SOTK ( Struktur Orgnisasi Tata Kelola ) yang ada di RSUD Ciawi. Layanan baru Instalasi ini mempunyai fasilitas-fasiltas yang lengkap sesuai dengan PNPK Tata Laksana Nyeri yang tertuang dalam KMK 481/2020, sebagai pedoman dasar layanan ini. Disamping hal tersebut untuk memperlancar layanan maka dibuatlah Pedoman Pelayanan Instalasi, Pedoman Organisasi, Pedoman Rencana Kerja, Panduan Praktik Klinis, Standar Prosedur Operasional dan Clinical Pathway. Ruang lingkup layanan baru Instalasi Manajemen Nyeri / Bogor Pain Center meliputi semua pasien nyeri akut ataupun kronik yang nyerinya tidak dapat di atasi dengan cara konservatif baik dengan farmakologi dan nonfarmakologi.
Layanan ini di lakukan oleh dokter spesialis dan subspesialis Nyeri yang berasal dari 5 bagian (Anestesi, Rehabilitasi Medis, Orthopedi, Neurologi, Bedah Saraf). Dan perawat khusus nyeri yang terlatih dan telah dilakukan kredensial. Pasien dapat datang sendiri ke Instalasi Manajemen Nyeri (menggunakan sistem pembiayaan mandiri) melalui klinik nyeri, atau dari rujukan eksternal dari rumah sakit lain maupun berasal dari rujukan internal dari DPJP di RSUD Ciawi baik rawat jalan maupun rawat inap.
Area pelayanan Instalasi Manajemen Nyeri mencakup Ruang Periksa Nyeri, Ruang Tindakan Intervensi Nyeri, Ruang Persiapan, Ruang Recovery (Pemulihan) dan juga diluar Instalasi Manajemen Nyeri. Sedangkan pelayanannya meliputi Layanan awal berupa asesmen awal yaitu konsultasi dan pemeriksaan medis serta penunjang, asuhan keperawatan spesialistik nyeri dan Layanan lanjutan baik prosedur diagnostik, pelayanan perioperative minimal Invasive non surgical pain intervention baik pre, intra dan pasca minimal invasive non surgical pain intervention, layanan multidisplin, asuhan keperawatan spesialistik nyeri lanjutan, dan layanan follow up, dan juga Pelayanan telemedicine pada pasien pasca tindakan.
G. Aspek Novelty
Aspek kebaruan dari layanan ini adalah bentuk dan konsep layanannya yang baru yaitu Instalasi. Aspek ini baru karena pertama kali Instalasi Manajemen Nyeri ini hadir di rumah sakit di Indonesia. Dengan bentuknya Instalasi Rumah Sakit maka pelayanan nyeri ini akan lebih bermutu, berkualitas, terorganisir dan efisien, dibandingkan ketika layanan nyeri tersebut berada dalam bentuk penanganan Tim Nyeri Rumah Sakit. Ketika pelayanan dalam bentuk Tim Nyeri RS tampak jelas kelemahannya yaitu bahwa pelayanan nyeri yang diberikan di rumah sakit mempunyai kecenderungan tanggungjawab yang rendah, tidak terorganisir atau jalan sendiri- sendiri di bagian masing-masing sehingga beberapa kasus layanan nyeri yang diberikan outputnya tidak adekuat, sehingga otomatis mutu dan kualitasnya menjadi kendala yang nyata, baik dalam ranah medis maupun keperawatan. Dengan berbentuk sebuah instalasi maka keseluruhan pelayanan nyeri dilaksanakan secara utuh, simultan di seluruh aspek, baik aspek pelayanan pasien, medis dan keperawatan.
H. Transferabilitas
Inovasi Layanan ini tentu dapat direplikasikan di rumah sakit-rumah sakit lain di Indonesia dengan mudah, karena sudah ada Pedoman Layanan, Pedoman Pengorganisasian, Pedoman Rencana Kerja, Panduan Praktik Klinis, Standar Prosedur Operasional dan Clinical Pathway yang sudah disusun oleh Instalasi Manajemen Nyeri Bogor Pain Center RSUD Ciawi, sehingga dengan memperhitungkan kecukupan sumber daya manusia, ketersediaan sumber daya keuangan, kelengkapan dokumen yang ada dan jumlah masyarakat yang dapat dibantu dengan adanya inovasi ini maka dengan mudah layanan ini direplikasikan di rumah sakit lainnya.
I. Sumber Daya
Kualifikasi Tenaga di Instalasi Manajemen Nyeri / Bogor Pain Center (BPC) RSUD Ciawi Kabupaten Bogor adalah Kepala Instalasi, Kepala Ruangan, Dokter Pelaksana yang memenuhi persyaratan KKI, Ketua Tim Perawat Nyeri dan Perawat Nyeri yang tersertifikasi. Distribusi disesuaikan dengan jumlah tenaga yang tersedia untuk semua ruang lingkup wilayah kerja, pembagian tugas dan penambahan tenaga sesuai dengan area keja akan diatur setelah panambahan volume kerja dan beban kerja, dan akan dievaluasi pertahun.
Sumber Daya Keuangan dibebankan kepada Anggaran BLUD dan anggaran APBD pada tahun berjalan atau dengan perencanaan tahun sebelumnya. Apalagi saat ini fleksibiltas BLUD menjadi hal yang utama dalam pengembangan seluruh layanan. Disamping itu sebagian anggaran juga berasal dari hibah.
Sumber daya alat guna mendukung pelayanan meliputi Skala Nyeri, peralatan dasar, Neon box, perpustakaan mini, alat edukasi, instrumen resusitasi dasar, fluoroscope, Ultrasound, Jarum, jarum laser, intravenous line kit, peralatan proteksi radiasi, thyroid shield, sarung tangan, kacamata perlindungan, meja intervensi, peripheral nerve stimulator, PCA, PLDD, Mesin Ozone dan ketersediaan bahan habis
pakai.
Dengan demikian dengan dibentuknya layanan menggunakan konsep layanan instalasi ini maka kepastian keberlanjutan inovasi ini akan berlangsung seterusnya, dibandingkan apabila layanannya masih dalam bentuk tim nyeri saja.
J. Strategi Keberlanjutan
Instalasi Manajemen Nyeri Bogor Pain Center mempunyai strategi keberlanjutan berupa strategi regulasi dan strategi manajerial yang dibuat berdasarkan konsep layanan yang menjadi inovasi. Regulasi tersebut berupa SK dan Peraturan Direktur terkait pembentukan Instalasi, SK personil, Peraturan Direktur terkait Pedoman Pengorganisasian, Pedoman Layanan, Panduan Praktik Klinis, Standar Prosedur Operasional dan Clinical Pathway. Sedangkan strategi sosial dan manajerial yaitu peningkatan kapasitas SDM dan pemberlakuan SPO, PPK dan Clinical Pathway melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, dan memasukkan indikator pelayanan ini ke dalam penilaian remunerasi. Disamping hal tersebut RSUD Ciawi sebagai Rumah Sakit Pendidikan akan mempersiapkan diri sebagai rumah sakit yang siap dengan pendidikan dan penelitian terutama di bidang nyeri, dimana penanganan nyeri adalah hal yang baru di dunia.
K. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan Instalasi Manajemen Nyeri ini sudah dilakukan yaitu dengan dengan metode evaluasi bulanan. Dengan dilakukannya evaluasi oleh Manajemen RSUD Ciawi terkait kegiatan layanan yang telah dijalankan selama ini, dari hasil evaluasi diperoleh rekomendasi bahwa layanan ini perlu didukung oleh komponen instalasi terkait dengan dukungan layanan beberapa instalasi, seperti Instalasi Farmasi, Instalasi CSSD, Instalasi Laundry, Instalasi IPSRS , Instalasi Rawat Inap dan beberapa instalasi lain juga oleh komponen unit yang lain seperti Unit Pemasaran dan Kerjasama (UPK). Kemudian evaluasi juga merekomendasikan perlunya peningkatan kapasitas layanan dan cakupan layanan, yaitu dengan melakukan strategi peningkatan percepatan penyebaran informasi melalui media sosial yaitu
yang digunakan untuk Call Centre 24 jam tentang gangguan nyeri ini. Selain hal tersebut protokol kesehatan tetap dilaksanakan dalam pendemi ini.
Evaluasi didasarkan kepatuhan pada indikator mutu layanan yang mencakup kuantitas dan kapasitas layanan, sejak diinisiasi pertama kali pada tahun 2019, utilitas
layanannya semakin bertambah.
Dari grafik diatas tampak bahwa pemanfaatan layanan ini sangat signifikan, bahkan untuk layanan yang dimulai sejalan dengan dimulainya Pandemi Covid-19 di dunia, dimana seluruh layanan menurun, namun layanan inovasi ini terus meningat dan bertumbuh. Tampak juga bulan April Mei 2020 terdampak langsung karena covid-19, namun terlihat perbaikan utilitasnya, kemudian tampak penurunan utilitas di Maret 2021 dikarenakan ada beberapa alat kedokteran nyeri yang memerlukan perbaikan di luar negeri sehingga kapasitas layanan pun juga berkurang, namun bulan berikutnya angka tersebut naik kembali.
Untuk merespon pandemi covid-19, layanan inovasi ini menggunakan prosedur protokol kesehatan yang ketat untuk menghindari pusat layanan inovasi ini menjadi epicentrum penularan covid-19 di rumah sakit. Peningkatan edukasi pencegahan tertularnya covid-19 pun dilaksanakan kepada seluruh pasien yang hadir dalam pelayanan, baik melalui edukasi langsung maupun melalui media infromasi lainnya, bekerjasama dengan Instalasi PKRS RS sebagai home production dari materi edukasi.
L. Keterlibatan Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembentukan, dan kontribusinya dalam pelaksanaan evaluasi dan keberlanjutan inovasi ini adalah Bupati selaku Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan dan Manajemen RSUD Ciawi yang meliputi Direksi, Tim Struktural dan Tim Fungsional layanan yaitu Instalasi Manajemen Nyeri RSUD Ciawi. Bupati memberikan dukungan penuh terhadap setiap inovasi yang dibuat, dengan prinsip “One Institution One Inovation” apalagi jika inovasi tersebut memberikan dampak langsung kepada masyarakat, sehingga keberlanjutannya akan menjadi sesuatu yang penting untuk dilanjutkan. Kepala Dinas Kesehatan memberikan dukungan terkait RSUD Ciawi menjadi Rumah Sakit Rujukan Regional Provinsi Jawa Barat oleh Kementrin Kesehatan yang minimal harus mampu melayani minimal rujukan dari 4 Kabupaten/Kota di sekitarnya. Manajemen RSUD Ciawi sangat mendukung inovasi ini terkait tema layanan rumah sakit saat ini adalah RSUD Ciawi menjadi Hospital Sport, Culture and Tourism, sehingga dukungan Wisata Kesehatan menjadi hal sangat penting.
M. Faktor Penentu Keberhasilan dan Kendala
Faktor penentu keberhasilan dalam inovasi layanan ini adalah kerjasama yang baik antara Bupati selaku Kepala Daerah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten, pihak manajemen rumah sakit, dan juga pihak fungsional. Dalam hal ini manajemen rumah sakit bertanggungjawab terhadap terlaksananya layanan baru tersebut, tersedianya sarana dan bahan habis pakai yang selalu diperlukan dan keberlanjutan layanan inovasi ini. Selanjutnya adalah pihak fungsional yang terdiri dari seluruh teman sejawat dokter dan perawat, Kepala Instalasi, Kepala ruangan, dokter pelaksana pelayanan dan juga Ketua Tim serta seluruh Civitas Hospitalia RSUD Ciawi harus bahu membahu bersama-sama melaksanakan apa yang sudah tertuang dalam pedoman-pedoman yang telah diberikan. Kendala yang mungkin masih ada adalah pentingya pengembangan layanan ini menjadi media pembelajaran bagi layanan yang akan dikembangkan di tempat lain sejalan dengan fungsi RSUD Ciawi sebagai rumah sakit pendidikan utama. Kendala selanjutnya adalah masih perlunya pemahaman bersama di seluruh aspek terkait layanan baru ini, dimana hal ini dapat diatasi dengan sosialisasi dan peningkatan pemahaman terhadap layanan nyeri ini.
GAWAT DARURAT 24 JAM | |
![]() |
0251-8240736 |
OPERATOR | |
![]() |
0251-8240797 |
SMS GATEWAY | |
![]() |
081111113622 (SPGDT) |